Sekarang, Ustad Jeffry Al Buchory sudah bersemayam nyaman di Alam Barzah sana. Jenazahnya boleh mati terkubur, tapi ceritanya masih senantiasa hidup. Meski sementara, setidaknya kita semua menyadari satu hal, kematian Uje sudah membuat ribuan orang tertunduk di Istiqlal, memacetkan jalan-jalan jakarta yang panas. Aku tidak begitu mengenal Uje, juga bukan fans beratnya. Tapi aku menyukai gaya beliau berceramah, memikat dan penuh semangat. Ustad Gaul julukannya, segaul motor sport yang menemani saat-saat terakhirnya. Uje memang fenomenal. Dari sejarah hidup yang dulunya, katanya, penuh dengan lumpur dosa, beliau menjadi permata yang bersinar terang. Menggebrak dunia perdakwahan, terutama di TV, setelah kesibukan Zainuddin MZ yang menjadi politikus. Uje memang berbeda. Dia besar di dunia panggung, selebritis dan gemerlap kota metropolitan. Mungkin disitu kelebihan beliau, mampu mengisi celah yang terlalu lama kosong karena ketidakbisaan para dai menjadi trendsetter di dunia penuh kerlip i...