Langsung ke konten utama

Perpindahan dan Kesetiaan


Ckckck, hampir mau 2 tahun blog ini mangkrak. Migrasinya blogger ke google membuatku sulit untuk sign in di blogger, karena pasti akan selalu masuk ke akun gmail-ku, sementara aku sendiri membuat blog ini dari akun yahoo. Sempat membuat 2 blog sekoci, namun tidak tertolong dan sekalian dihapus.

Baru beberapa hari kemarin, ketemu teman sesama blogger yang mengatakan bahwa dobel akun di blogger itu bisa saja digabung atau diganti email utamanya. Tertarik dengan info tersebut, aku segera googling terkait hal tersebut, dan voilaaa... akhirnya bisa juga mengganti email utama blog ini dengan akun gmailku, tidak lagi menggunakan akun yahoo. Untuk sekarang ini, aku memang jelas-jelas sudah berpindah email ke gmail, tidak lagi akti menggunakan yahoo. Sebenarnya sih bisa saja tetap mengoperasikan keduanya, namun menurut pikiranku, akan lebih baik jika menggunakan satu email saja.

Meninggalkan yang lama demi menggunakan yang baru rasanya sudah menjadi hal yang baisa dan wajar-wajar saja. Manusia memang suka perubahan, dan semua itu hanya akan terpenuhi jika yang lama tersebut sudah out of date, atau ringkasnya: tidak menarik lagi. Yang baru, oleh karena itu, merepresentasikan sesuatu hal atau perangkat yang lebih menarik dan tentunya berhasil memikat hati sang pengguna. Dalam etika usahapun, ada persaingan yang memang meniscayakan adanya perpindahan seorang konsumen dalam menggunakan produk yang baru dengan meninggalkan produk yang lama. Semua itu hal yang sah-sah belaka, senyampang tidak melanggar prinsip-prinsip kebaikan untuk semua.

Akan tetapi, orang pun berhak untuk tetap setia menggunakan barang lama, menyimpannya dengan rapi dan hati-hati serta mengunakannya hanya sesekali. Ada emosi mendalam yang terlibat, mungkin karena benda itu menyimpan kenangan, barang pertama yang dibeli atau bahkan karena dia memperolehnya dengan susah payah. Biasanya, semakin lama barang tersebut tersimpan, menjadi semakin langka dan semakin tinggi harganya. Ada keistimewaan tersendiri, yang dibuat seiring dengan perjalanan waktu, tanpa merusaknya atau merubahnya.

Ada perpindahan, ada kesetiaan. Semua orang tahu, itulah makna sejati dari proses kehidupan ini. Tidak selalu mulus, namun juga tidak mengguncang. Perubahan adalah niscaya, sementara kesetiaan adalah sesuatu yang berharga. Tidak ada alternatif ketiga yang lebih baik dari dua aksioma ini dalam memandang pentingnya sebuah barang, seseorang atau  bahkan kenangan pengalaman yang kita jalani.

Dalam hal blog ini, aku kemudian memilih untuk setia, mencoba mengisinya ulang dengan ketikan huruf yang membentuk cerita, tentang pemikiran, kisah, pergolakan atau apapun yang bisa menggerakkan jari ini untuk menekan tuts-tuts keyboard komputer ini. Tak semuanya akan terekam, karena keterbatasan adalah keadaanku. Tapi setidaknya, mari merayakan proses ini dengan penuh gembira.


Yogyakarta, 18 November 2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

September

September Kulipat mimpi Kukantongi mantra Lihat, tak ada lagi duka Lihat, rindu kita melanglang buana Ini September Saat kita segera berangkat Memula masa singkat, meski Menyimpan geletar gelap Dan sendu tasbih para malaikat Melukis gemerlap esok Merajut dunia Melibas prahara Tak usah bersedih Sedang kesedihan pun mulai bosan Jadi teman kecil kita Mari sulut semangat Biar berkilat semua karat Dan benderang semua pekat Untuk Bunga Kutulis puisi untukmu Agar terketuk segala pintu Dan terbuka segala rahasia Kita benar-benar berbeda Meski Waktu selalu saja cemburu Dengan diam yang kita bicarakan Dengan cerita yang kita bisukan Untuk Bunga Engkaulah penanda baru Pada setiap jejak yang kubuat Untuk memintal ruang waktu Meski jauh menjadi karib Meski koma menjelma titik Demi Waktu Demi Waktu Manusia selalu berada dalam kerugian Demi Waktu Manusia tempat segala kesalahan Demi Waktu Manusia-lah kekasi...

Response Paper to Identity and the Politics of Scholarship in the Academic Study of Religion: Introduction (Academic Study of Religion )

Identity and the politics of scholarship explain the correlation between science and study of religion according to identity’s perspective. This correlation arises among the scholars of religion by facing at least two conditions: the first is facing the universal value of scientific knowledge; the second is facing the problem within their identity itself. The first correlation is facing universal value of scientific knowledge. Scientific knowledge as an official truth is based on the value of enlightenment, Reason. Reason is the essence of human being as universal value which exists within human life. The universal claim then bore the claim truth which only can be reached by scientific knowledge. The scientific knowledge has critics because its methodology excludes other form or aspect within its object of research. The historicity of every object of research is one of the earliest perspectives which criticize the universal value of scientific knowledge claims such as ahistoric and...

Malaysia, the second

Mendarat di KLIA (Kuala Lumpur International Airport), segera saja mata kami semua disambut dengan jejeran pesawat Malaysia Airlines (MAS) dan Airasia, dua pesawat kebanggaan orang Malaysia. Sebelumnya, ketika bersiap-siap mendarat, hanya sawit dan sawit yang menjadi pandangan kami. Memang, Malaysia sedang bergiat memacu penanaman sawit, agar bisa menyaingi Indonesia, sang pemimpin nomer satu produksi sawit sedunia. Menjejakkan kaki di KLIA ini, adalah kesempatan keduaku menjejak negeri jiran ini. Mei atau Juni kemarin, aku sudah sempat masuk ke negara ini, meski hanya di Johor Bahru, negara bagian yang berbatasan langsung dengan Singapura. Artinya, Pasporku pun sudah dua kali di stempel oleh negara serumpun kita ini, hehe. Seperti sudah pernah kutulis, bandara internasional adalah wajah pertama yang akan menyambut anda di suatu negara. Ia bisa jadi cerminan baik dan buruknya pelayanan di sebuah negara. Pada kondisi ini, Indonesia mesti mengakui kualitas pelayanan yang lebih b...