Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

ASAP

Singapura berasap. Dimana-mana penuh asap. Pagi, siang, sore, malam, sampai pagi lagi, semua diselimuti asap. Muncul manusia-manusia bermasker, demi menghalau asap agar tak masuk paru-paru. Indikasi termutakhir, tingkat ketebalan asap sudah mencapai 400, itu artinya sudah sangat berbahaya untuk kesehatan manusia. Dihimbau untuk anak kecil, orang tua dan yang punya penyakit paru untuk tidak keluar rumah. Jarak pandang yang terjangkau hanya kurang lebih seratus meter, sehabis itu pekat gelap. Rasanya, semua orang jadi galau. Rasanya semua orang marah. Semua merasa, asap telah merampas semuanya. Dan, tentu saja, penyebabnya adalah Indonesia, negara tetangga yang menyebalkan. Singapura meradang. Di situs Yahoo!, orang-orang Singapura menumpahkan kekesalan mereka ketika mengomentari bencana asap ini. Ada yang menulis, "Beli saja Sumatera, Singapura kan uangnya banyak". Ada lagi yang menulis, "Seharusnya, Pemerintah Singapura melaporkan ini ke PBB". Ada yang menyeruk

Tentang Cinta

Love hurts whether it is right or wrong... (AL) Mungkin, tidak ada yang tahu apa yang ada dalam pikiran Avril Lavigne, penyanyi Kanada yang kesohor itu, ketika dia menulis bait ini. Tapi, banyak orang mengakui, Avril memang tipikal penyanyi yang semau gue, dalam artian positif. Avril dulu adalah antitesis untuk mbak Britney Spears yang gemerlap, mesti unyu, genit dan dalam tanda kutip, sempurna. Avril memberi contoh berbeda, engaku tidak harus sempurna untuk menjadi seseorang. Jadilah dirimu sendiri, jadilah seseorang yang apa adanya tapi juga jujur dalam berkarya. Saya percaya Avril sudah menuliskan kejujuran disitu, di lirik-liriknya. Seyogyanya, begitu juga cara kita membahas cinta. Selama ini, sering harus diakui kalau kita kurang jujur ketika membahas cinta. Sering kita sekadar membahas cinta pada dua sudut yang diametral. Satu sisi mengidealkan cinta dengan kebahagiaan belaka. Cinta adalah kesempurnaan kebahagiaan yang tiada putus-putus. Cinta menjadi sumber inspiras

Wasiat

Wasiat Pandang hatimu Biar terang semua warna kata dan Gelap pekat nuansa maya Tak kita duga Air kan berpendar biru Rengkuh lembayung langit Semata rindu, katanya Semata restu, teriaknya Semata beku, jeritnya Pandang lagi hatimu Biar terang semua rasa kata dan Gelap pekat lorong jiwa Pergilah jauh mengembara Laksana waktu yang selalu sendiri Menyusuri takdir diri Demi sebuah janji dan seliris asa Cakra, Tak usah ragu berkuasa Bukankah hidup adalah mata air? Yang takkan mati ditikam surya Ia mengada, ketika ada Ia juga kan sirna, Ditelan kabut masa Kita kan cari hakikat Agar lengkap semua harap Agar purna semua gelap Ujung dunia Dari Tanah Merah Menuju Bukit Timah Menyusuri Orchard Mengitari Bugis Menjejak China Town Mengakrabi Woodland Terbentang ceritaku Padamu yang diam-diam mendendam Untuk sebuah mimpi yang tak kunjung datang Sudah kutanyakan pada semua pengendara Juga pejalan kaki dan peseped