Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

Remaja dan Romantisme Masa Lalu

Memperingati hari Remaja Internasional, rabu kemarin (4/9) ada aksi damai belasan remaja yang tergabung dalam Jaringan SIAR (Simpul Indonesia untuk Advokasi Remaja) di titik nol kilometre Malioboro. Selain menyuarakan pentingnya peran Negara untuk melindungi hak-hak para remaja, satu isu penting yang menjadi konsern mereka masih terkait dengan maraknya wacana untuk menguji keperawanan para siswi setingkat SMA di sumatera sana. Dari titik pandang yang mereka sampaikan, mereka merasa bahwa para remaja masih menjadi korban dari stigma dan diskriminasi yang dilakukan oleh lingkungan sekitar, termasuk dalam isu keperawanan. Mereka merasa, bahwa ide untuk menguji keperawanan itu bukan dari niat untuk menekan laju seks bebas di kalangan remaja, tetapi karena masyarakat masih menganggap remaja sebagai sumber dari kerusakan moral. Dengan kata lain, remaja sudah sering kita tuduh sebagai titik mula kebobrokan moral yang memprihatinkan seperti seks bebas, tawuran antar sekolah, ge

Ziarah dan Bahasa

Malam sabtu kemarin, pondok kecil kami kedatangan Prof. George Quinn, ahli sastra Jawa dari Australia National University (ANU). Kedatangan beliau, selain untuk diskusi juga beliau punya niat untuk ziarah ke makam Mbah Nuriman, leluhur dan ulama Mlangi yang masih keturunan keraton Jogjakarta. Kesan pertama bertemu, meski sudah berumur 70 tahun lebih, beliau masih saja segar dan bugar. Rahasianya, beliau bilang ada pada latihan rutin Tai Chi setiap pagi selama sekitar 1 jam dan rutinan jalan kaki bersama istrinya. "Rasanya, seperti mendapat asupan tonikum setiap hari", begitu kata Pak George tentang manfaat Tai Chi-nya. Diskusi sederhana pada malam kemarin itu berkisar pada ketertarikan Pak George tentang fenomena ziarah di Indonesia, utamanya di Jawa, Bali dan Makassar. Peningkatan jumlah peziarah yang massif setiap tahun membuat beliau tertarik lebih jauh untuk mendalami apa yang mungkin bisa dipelajari lebih mendalam. Demi meneliti itu, beliau sudah mengunjun

RAMADHAN

Hidup Kutulis hidup Agar lupa tak sempat mampir Biar pahit mesti dikecap Biar panas mesti terendap Kujahit hidup Agar lelah tak sudi hadir Walau darah membanjir Walau airmata mengalir Kuhidupi hidup Agar cerah semua warna Meski gundah melekat Meski duka merapat Ramadhan Berkah Jika tarawih telah memanggilmu Jika al qur'an ingin tadarusmu Jika magrib menjadi kebahagiaanmu Inilah aku, Ramadhanmu Iniah aku, berkahmu

AGSF 2013

AGSF 2013 1 Hari ini, pesta kita telah usai Karpet perpisahan sudah kita gelar lebar-lebar Sejenak, kunikmati senyum tawa kalian Sejenak, kuhayati canda duka kita Hari-hari kemarin, adalah cahaya Hari-hari depan adalah rencana Janjiku untukmu, kawan Kita akan kembali bersua Menjadi bintang yang mengangkasa Di langit peradaban ilmu AGSF 2013 2 16 Mei menjadi awal mula Menjalani laku hidup bersama-sama Dari semenanjung Korea ke Dataran India Dari Chulalongkorn menuju Jogjakarta Dari Jepang sampai Cambodia Kita menghitung hari Dengan latihan, buku dan tulisan Dengan gerutuan supir bus BTC Dan pandang curiga petugas keamanan MRT Dipandu dua malaikat Bermata biru dan cantik luar dalam keduanya Kebosanan juga sesekali menyapa, maka Johor Bahru, Langkawi, Indonesia dan Thailand menjadi jelajah kita Atau seantero Museum, cafe dan taman-taman publik Dan Masjid, Gereja, Kuil serta Pagoda Merenungi kedirian kita 31 Juli adalah akhir dari semua Meski perpisahan

SAMPANG

Sampang I Perih rasanya Mendengarmu bergolak, tiada sunyi Pedih rasanya Melihatmu terkapar, tiada bunyi Remuk rasanya Merasakan dukamu, tiada henti Sekali lagi, atas nama Tuhan Kalian usir tetangga Tak puas kalian bakar rumahnya Tak puas kalian bunuh sekian nyawa Tak puas kalian asingkan mereka dari tanahnya sendiri Sekali lagi, atas nama Tuhan Istighosahmu meminta Doamu menggelegar kemana-mana Sekedar menjaga citra Ataukah ujung putus rasa Palsu, kalian sungguh palsu Atas nama Tuhan, untuk dirimu sendiri Atas nama Tuhan, untuk nafusumu sendiri Nun jauh disana, Muhammad menangis lara Sabdanya tak lagi menggema Sabdanya tak lagi mewarna “Bukanlah mukmin, Jika lidahnya Membuat resah tetangganya” Kalian tak membuatnya resah Kalian malah membuatnya musnah Sampang II Sekelompok manusia Mengayuh pedal sepeda Mencari simpati Demi harap yang kian sirna “Kami Syi’ah Tanpa Rumah” Pekik mereka Di sekujur langit Malaikat menatapi mereka Haru menjadi b

Kuah Kari India

Makan siang di teras kantin, sendirian sambil memandangi hujan lebat itu sungguh mengasyikkan. Kuputar pandangan ke segala penjuru, semua orang memilih makan didalam kantin. Aku menyukai suasana hujan, dan aku menyukai kesendirian. Oia, ini kantin yang biasa kami sebut, Kantin ARI (Asia Research Institute), karena letaknya yang dekat dengan gedung ARI di Bukit Timah Campus, NUS. Kalau anda suatu hari nanti kesini, menjadi visiting scholar (amieen..) atau turis, jangan lupa mampir kesini. Bukan karena makanannya yang istimewa, tapi karena disini anda bisa melihat banyak professor dan peneliti yang sliweran, membawa nampan makan mereka. Apalagi kalau sampai berani mengajak ngobrol dan diskusi, itu lebih hebat lagi. Minimal, anda bisa dapat kartu namanya. Setelah beberapa minggu ini stress dikejar waktu untuk menyelesaikan draft paper, rasanya nyaman sekali makan siang sekarang. Baru saja kuserahkan draft-nya ke Dr. Kay, pembimbing academic writing kami. Ditemani jus m