Langsung ke konten utama

Motivasi: Alert!

www.pulsk.com





















Aku baru menyadari, tipeku adalah pengajar yang suka memotivasi mereka yang diajar. Setiap pagi saat menemani para santri belajar bahasa inggris, aku tidak pernah lupa untuk menyemangati. Aku membantu mendorong dan memberikan pandangan yang sekiranya membuat mereka bersemangat untuk mempelajari bahasa Inggris. Dengan begitu, mereka akan bisa sukses dalam belajar, menurutku pastinya.

Terlepas dari kelebihannya, peran seperti ini menurutku menyimpan beberapa masalah yang mesti diwaspadai. Pertama, motivasi adalah soal ujaran, sementara yang paling penting dalam hidup adalah tindakan. Motivasi tanpa tindakan adalah omong kosong. Nihil. Sementara, hidup tanpa tindakan yang baik dan berguna adalah bencana. Kita, sebagai manusia, cenderung sering tidak waspada dan lambat untuk belajar dari pengalaman di masa lampau. Contohnya, kita menyadari betapa pencemaran alam adalah hasil dari perbuatan kita yang ceroboh dan serakah mengelola hidup. Tapi alanglah sulitnya kita lepas dari plastik, sesulit kita lepas dari makan dan minuman. Setiap hari, ber-ton dan ton plastik kita buang ke bumi, sungai, laut dan danau sehingga sampah tersebut mencemari air, tanah, udara dan bahkan hewan yang tanpa sadar memakannya di lautan. pada akhirnya, bencana-lah yang kita panen dari sampah plastik ini: banjir, penyakit, tanah rusak, lautan kotor dan ikan yang teracuni. Kita jelas tidak butuh motivasi untuk mengatasi plastik ini, kita butuh aksi nyata untuk menguranginya.

Kedua, motivasi cenderung melenakan, membuat kita sering lupa bahwa dalam dunia nyata, hal-hal yang kita hadapi tidaklah seindah dan sesederhana motivasi yang kita konsumsi tersebut. Fungsi motivasi ini menurutku cenderung ideologis, mencoba memberi petunjuk kepada manusia namun sekaligus mendikte dan membuat manusia abai dengan kenyataan sehari-hari. Contohnya, bermimpi itu harus tinggi, bekerja itu harus dengan passion yang kuat, namun sebagus apapun itu, manusia mesti sadar bahwa mimpi dan keinginan harus berpijak pada realitas atau minimal pada suatu saat akan terbentur pada realitas. Ada negoisasi dan kompromi yang harus dilakukan oleh kita agar bisa bertahan, tidak dengan maju terus membutakan diri dengan mendewakan mimpi dan keinginan tersebut. Jika tidak mempunyai kesadaran seperti itu, maka alangkah rentannya seseorang akan patah dan kemudian berputus asa dari mimpi dan keinginannya, karena dia tidak bisa berstrategi dengan kenyataan yang mengungkungnya dirinya sendiri.

Terakhir, motivasi cenderung menjadi candu. Entah apa sebabnya, tapi banyak dari kita yang kemudian hobi sekali mengumpulkan buku-buku motivasi, meskipun mungkin hanya untuk sekali dibaca. Selain itu, setiap terbentur masalah, kita yang kecanduan motivasi ini akan selalu mencari motivasi-motivasi lain yang walaupun cenderung kurang logis, hal itu bisa meredakan 'ketidak-puasan' kita pada sebuah motivasi. Contohnya, jika orang termotivasi untuk melakukan bisnis investasi karena sifatnya yang cepat menghasilkan, bisa dilakukan sendiri dan minim risiko, tetap saja dia membutuhkan motivasi lain untuk memompa semangat yang mengendur ketika gagal atau merugi. Yang terjadi kemudian, dia membutuhkan motivasi lagi yang baru, sehingga hidupnya penuh dengan kejadian, "dari satu motivasi ke motivasi lain." Selalu begitu, membentuk lingkaran setan yang tidak jelas ujung pangkalnya.

Memotivasi jelas berbeda dengan memberi contoh riil, yang pastinya akan lebih menginspirasi daripada hanya sekedar ucapan verbal belaka. Yang namanya perbuatan nyata, jelas lebih utama dari sekedar ucapan saja. Maka, aku harus menyadari bahwa: pertama, ketika memotivasi mereka, aku memposisikan diriku sendiri sebagai orang pertama yang paling pantas untuk menerima motivasi, bukan mereka. Kedua, motivasi haruslah diwujudkan, bukan untuk menjadi pemanis bibir belaka. Perwujudan itulah yang mesti aku lakukan sebagai orang pertama yang sepantasnya menerima motivasi, sehingga jika aku gagal atau berhasil, itulah contoh riil yang bisa kusampaikan atau kuberikan kepada mereka. Motivasi tidaklah buruk, ia hanya perlu diwaspadai baik oleh motivator itu sendiri atau orang-orang yang termotivasi.

Salam kuper. :D


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malaysia, the second

Mendarat di KLIA (Kuala Lumpur International Airport), segera saja mata kami semua disambut dengan jejeran pesawat Malaysia Airlines (MAS) dan Airasia, dua pesawat kebanggaan orang Malaysia. Sebelumnya, ketika bersiap-siap mendarat, hanya sawit dan sawit yang menjadi pandangan kami. Memang, Malaysia sedang bergiat memacu penanaman sawit, agar bisa menyaingi Indonesia, sang pemimpin nomer satu produksi sawit sedunia. Menjejakkan kaki di KLIA ini, adalah kesempatan keduaku menjejak negeri jiran ini. Mei atau Juni kemarin, aku sudah sempat masuk ke negara ini, meski hanya di Johor Bahru, negara bagian yang berbatasan langsung dengan Singapura. Artinya, Pasporku pun sudah dua kali di stempel oleh negara serumpun kita ini, hehe. Seperti sudah pernah kutulis, bandara internasional adalah wajah pertama yang akan menyambut anda di suatu negara. Ia bisa jadi cerminan baik dan buruknya pelayanan di sebuah negara. Pada kondisi ini, Indonesia mesti mengakui kualitas pelayanan yang lebih b

Sore Hujan

Rintik-rintik melirik Tajamkan sukmaku, melayang Lihat, hujan sore ini menelantarkan sesirat Sedang kidung hidup terus menerka-nerka Apa gerangan terjadi? Masihkah sesuluhmu menjadi harap? Sedang derap waktu senantiasa lesu O, ia masih merintiki sore ini Seolah kesumat lampauan tahun menyerukannya Ya.. Sudah lampauan tahun Bumi tengadah menerjang lara Langit merintih keringkan asa Sore yang hujan Sayap-sayap pepohonan kembali merekah Aduhai, biarkan hijaumu menemani mataku Mengeja hari mengais-ngais rindu Sukma mendesah Hati merendah Telingaku menangkap dendang Kepalaku berputar riang (15 September 2009 pukul 16:13, Menyambut hujan perdana di Jombang)