Langsung ke konten utama

Sidrot

Ronta Hati
Kosong mengudara
Tembus sekat waktu
Cahaya merembesi ruang
Dan sepi meraja bumi

Tak terkira sudah ronta hati
Menusuk janji terucap

Mungkin sudah jalannya
Jikalau isyarat tlah mampu
Menutupi leluka
Biar Waktu sembuhkan ia

Mimpi belumlah purna
Mirip awan berarak
Merindu senja langit
Agar mau mengantarnya
Ke peraduan malam

Hujan merinai
Membuka bendungan awan
Tetesnya menjadi awal
Untuk keajaiban yang kan datang

Tak perlu risau
Biarkan warna langit
Selalu biru
Sebab matahari
Senantiasa hadir
Menyanjung musim semi

Kidung Filsuf
Socrates mengajar gelisah
Plato menggubah ide
Aristotel membelah materi

Averroes menobatkan wali
Ghazali menghidukan ilmu
Nawawi menyebar fikih

Ini aku
Beku sendiri
Lantunkan kidungku
Yang tak tentu
Juga jemu tak mampu
Mendengar mereka
Mengikuti mereka
Mendukung mereka

Sidrot
Muhammad membelah langit
Melihat masa depan
Dengan mata batin
Memilih kebaikan
Memohonkan keringanan
Burak mengantar
Jibril mengitar

Muhammad tak sendiri
Menghadap Ilahi
Di sidrot yang suci








Komentar

Postingan populer dari blog ini

September

September Kulipat mimpi Kukantongi mantra Lihat, tak ada lagi duka Lihat, rindu kita melanglang buana Ini September Saat kita segera berangkat Memula masa singkat, meski Menyimpan geletar gelap Dan sendu tasbih para malaikat Melukis gemerlap esok Merajut dunia Melibas prahara Tak usah bersedih Sedang kesedihan pun mulai bosan Jadi teman kecil kita Mari sulut semangat Biar berkilat semua karat Dan benderang semua pekat Untuk Bunga Kutulis puisi untukmu Agar terketuk segala pintu Dan terbuka segala rahasia Kita benar-benar berbeda Meski Waktu selalu saja cemburu Dengan diam yang kita bicarakan Dengan cerita yang kita bisukan Untuk Bunga Engkaulah penanda baru Pada setiap jejak yang kubuat Untuk memintal ruang waktu Meski jauh menjadi karib Meski koma menjelma titik Demi Waktu Demi Waktu Manusia selalu berada dalam kerugian Demi Waktu Manusia tempat segala kesalahan Demi Waktu Manusia-lah kekasi...

Response Paper to Identity and the Politics of Scholarship in the Academic Study of Religion: Introduction (Academic Study of Religion )

Identity and the politics of scholarship explain the correlation between science and study of religion according to identity’s perspective. This correlation arises among the scholars of religion by facing at least two conditions: the first is facing the universal value of scientific knowledge; the second is facing the problem within their identity itself. The first correlation is facing universal value of scientific knowledge. Scientific knowledge as an official truth is based on the value of enlightenment, Reason. Reason is the essence of human being as universal value which exists within human life. The universal claim then bore the claim truth which only can be reached by scientific knowledge. The scientific knowledge has critics because its methodology excludes other form or aspect within its object of research. The historicity of every object of research is one of the earliest perspectives which criticize the universal value of scientific knowledge claims such as ahistoric and...

Watak Pengecut

Ini sekedar renungan singkat, jangan terlalu diambil hati, tapi tetep boleh dikomentari. Dalam sebuah atau bahkan tiap-tiap forum, mengapa orang Indonesia cenderung suka duduk di belakang daripada di depan? Ada 3 jawaban menurutku.  Pertama, kita memang bangsa yang sopan, sehingga cenderung malu dan merasa tidak pantas untuk duduk di depan daripada orang lain. Kedua, kita ini bangsa yang minderan, merasa diri tidak pantas karena kita memang kurang begitu yakin dengan kemampuan kita sendiri, sehingga kita merasa malu untuk duduk didepan. Ketiga, kita ini bangsa pengecut, tidak pernah mau berdiri didepan, cermin ketidakberanian menjadi pemimpin, mental inlander (terjajah), sehingga kita merasa tidak mampu dan tidak bakalan mau. Takut untuk gagal, tetapi senengnya minta ampun kalau mengejek mereka-mereka yang gagal ketika berada didepan, tetapi ketika disuruh kedepan sendiri tidak mau. Saya sendiri cenderung memilih nomer 3. Cenderung skeptis memang, tapi apa mau ...